Rabu, 22 Oktober 2008

ISLAM SEBAGAI PILIHAN HIDUP

Banyak orang yang memilih islam karena merasa lebih rasional dan lebih cocok dengan hati nuraninya, tetapi tidak sedikit pula yang memilih islam karena terpaksa, tidak ada pilihan lain,”ikut-ikutan” pada pilihan orang tua yang sudah masuk islam lebih dahulu. Walaupun mengikuti tradisi –asal tradisi yang baik -juga baik, namun karena Allah sudah memberikan potensi akal dan nurani kepada manusia, maka akan lebih baik jika potensi tersebut disyukuri dengan cara memaksimalkan penggunaannya sesuai keinginan Sang Maha Pemberi dan Pengatur, yakni Allah SWT.

Pada bab ini akan dipaparkan mengapa islam harus dijadikan sebagai pilihan hidup. Namun untuk lebih lebih menyegarkan kembali pamahaman kita tentang islam maka akan sedikit dibahas tentang makna islam.

Secara bahasa, islam berasal dari kata silmun atau salamun yang berarti : selamat (as-salam), damai dan tentram (al-shulhu wa al-man), berserah diri (al-istislam), tunduk (al-khudlu/al-idzan), patuh (al-tha’ah). Jadi islam berarti keselamatan dan kedamaian karena berserah diri hanya kepada Allah SWT. Sedangkan Islam menurut istilah adalah Din atau agama yang bersumber dari Allah yang dibawa melalui para Rasul-Nya, sejak Nabi pertama (Nabi Adam) hingga Nabi terakhir (Nabi Muhammad) untuk kemaslahatan umat manusia di dunia dan di akhirat.

Namun karena agama-agama samawi (langit) sudah diubah oleh manusia sehingga tidak orisinil lagi, maka istilah “Islam” hanya ditujukan kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yakni sesuatu yang diturunkan Allah SWT di dalam Al-Quran dan As-sunnah yang shahih berupa aturan yang berisi perintah, larangan , dan petunjuk unuk kemaslahatan manusia di dunia maupun di akhirat kelak (lihat : himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Kitab Masalah Lima, hlm, 278)

Bagi orang-orang yang beriman dan berakal(berilmu), tentu ada alasan mengapa Allah sampai menegaskan : “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah islam” (QS Ali-Imran : 19). Diantara alasan kenapa islam satu-satunya yang dianggap sebagai “din” (agama yang benar) di sisi Allah sehingga pantas dijadikan sebagai pilihan hidup adalah sebagai berikut :

  1. Islam adalah ajaran rabbaniyah ( Ketuhanan )
  2. Islam adalah ajaran insaniyah ( Kemanusiaan )
  3. Islam sebagai ajaran syumul ( Universal )
  4. Islam sebagai ajaran wasthiyyah

Islam Adalah Ajaran Rabbaniyah

Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW dirancang oleh Allah untuk mengatur hidup manusia demi terciptanya kemaslahatan hidup mereka di dunia maupun di akhirat. Tetapi mustahil hal ini dapat dicapai tanpa memperbaiki hubungan dengan Allah SWT karena akhirnya seluruh manusia akan kembali dan menuju kepada-Nya. Allah berfirman : “Hai manusi, sesungguhnya kamu telah bekerja dnegan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya” (QS Al-Insyiqaq : 6)

Untuk menuju kepada Allah SWT maka manhaj (metode) yang digunakan haruslah manhaj rabbani (metode Ketuhanan) yang murni bersumber dari Allah yang dirisalahkan kepada Rasulnya yang terakhir yakni Nabi Muahammad SAW. Murni yang dimaksud disini adalah ajaran islam selamat dari penyimpangan dan pencampuradukan dengan spekulasi-spekulasi pemikiran manusia, yakni murni sumbernya, murni aqidahnya (theology), dan murni syariatnya (hukum-hukumnya), Allah sendiri menjamin kemurnian sumber ajarannya, seperti yang tertuang dalam firman-Nya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Zikr (yakni Al-Quran) dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.” ( QS AL-Hijr : 19)

Hanya Al-Quran satu-satunya kitab suci dari Allah SWT yang masih terpelihara dari perubahan akibat ulah jahil manusia. Kesucian Al-Quran dapat terjaga karena memang ada jaminan penjagaan dari Allah. Siapapun –termasuk Nabi sekalipun- tidak mempunyai wewenang dan kemampuan membuat Al-Quran. Allah SWT mengancam Nabi jika berani memalsukan Al-Quran , seperti dalam firman-Nya : “Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar kami potong urat tali jantungnya.” (QS Al-Haqqah : 43-46)

Insaniyah

Jika kita merenungkan ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Quran, memikirkan tema-temanya dan fokus perhatiannya, maka kita akan berkesimpulan bahwa Al-Quran itu memang diturunkan sebagi pedoman hidup untuk manusia. Itulah sebabnya penyebutan manusia di dalam AL-Quran disebut berulang kali dnegan berbagai istilah seprti : al-insan sebayak 63 kali, al-nas sebayak 240 kali, Bani Adam sebayak 6 kali, dan basyar sebanyak 25 kali. Dalam ayat Al-Quran yang pertama kali turun saja (QS Al-Alaq : 1-5) kata al-insan disebut sebanyak 2 kali.

Selain itu sosok Nabi yang dikirimkan Allah sebagai teladan dan pemberi kabar untuk umat manusia dari kalangan manusia juga. Perjalanan hidupnya (biografinya) tercatat dalam sejarah umat manusia, yang menunjukkan keberadaannya tak terbantahkan oleh sejarah. Dalam banyak kesempatan, Al-Quran selalu memperkuat unsur kemanusiaan Nabi Muhammad SAW, seperti firman Allah SWT : “Katakanlah : Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku : “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa…”(QS Al-Kahfi : 110)

Karena Nabi Muhammad SAW juga manusia biasa, maka pantaslah beliau menjadi teladan bagi semua manusia (QS Al-Ahzab : 21)

Hal yang lain adalah rangkaian ibadah mahdhah (ibadah yang tata aturannya sudah ditetapkan sedemikian rupa) yang seakan-akan hanya berhubungan langsung dnegan Tuhan, ternyata selalu dikaitkan dnegan perhatian terhadap aspek kemanusiaan dan aspek kemasyarakatan. Hal ini bisa kita lihat pada kewajiban shalat yang dikaitkan dengan pencegahan perbuatan keji dan munkar (lihat QS. Al-Ankabut : 45), atau kecelakaan bagi orang yang shalat tetapi hanya sekedar formalitas belaka dan enggan memberikan bantuan (lihat QS Al-Ma’un : 4-7). Dnmikian pula kewajiban menunaikan zakat / shadaqah yang di samping bertujuan untuk penyucian jiwa dan harta juga sekaligus untuk menggembirakan orang lain dnegan membebaskan / meringankan penderitaan ornag lain dari himpitan kefakiran. Ibadah puasa dan haji pun disamping berdimensi (rabbaniyah) juga sekaligus berdimensi kemanusiaan (insaniyah)

Ini menunjukkan bahwa islam yang bersumberkan AL-Quran dan As-sunnah benar-benar ditujukan untuk manusia sehingga ajarannya pun disesuaikan dnegan fitrah (kodrat dasar) dan kemampuan manusia. Karena Allah Maha Pencipta dan Maha Mengetahui detail keadaan ciptaan-Nya, sehingga din al-islam sebagai syariat / atauran Allahuntuk manusia disesuaikan dengan keadaan hamba-Nya. Seperti dalam firman Allah : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.” (QS Al-Baqarah : 286)

Islam mengakui adanya nafsu seks yang dimiliki manusia tetapi bukan untuk dikekang seperti para Romo / Pastur dan biksu yang tidak menkah, seperti firman Allah SWT : “…dan mereka mengada-adakan rabbaniyah (tidak menikah).” (QS Al-Hadid : 27) dan bukan pula diumbar secara bebas seperti kaum Hedonis. Tetapi nafsu haruslah dikuasai agar bisa dikendalikan dan disalurkan di tempat yang dibenarkan syar’i (ketentuan islam), dan bukan sebaliknya, nafsulah yang mengendalikan kita.

Sebagai agama fitrah, islam pun menyadari bahwa sebagian manuisa menyenangi pada perhiasan dan membolehkannya untuk dimanfaatkan secara proporsional dan tidak berlebihan dalam timbangan agama (lihat QS Al-A’raf : 31-32)

Hak Asasi Manusia

Sebelum dunia mengenal adanya Hak Asasi Manusia, 14 abad yang silam, islam datang dnegan mendeklarasikan bahwa manusia mempunyai hak yang harus dijaga, sebagaimana dia mengemban kewajiban yang harus dilaksanakan (lihat juga Inti Piagam Madinah). Diantara hak tersebut adalah :

a. Hak Hidup Manusia

Islam memandang hidup sebagai karunia dari Allah SWT dimana tidak ada seorang pun yang boleh merampasnya. Seorang tuan tidak boleh merampas hak hidup budaknya, pemerintah tidak boleh merampas hak hidup rakyatnya, dan orang tua tidak boleh merampas hak hidup anaknya. Oleh karenanya, Allah melarang membunuh anak wanita karena malu (lihat QS At-Takwir : 8-9) dan membunuh anak karena takut miskin (QS Al-Isra’ : 31)

Dalam hak hidup, Islam tidak membedakan antara orang yang merdeka atau budak, bahkan pada janini yang masih ada dalam kandungan mempunyai hak untuk dihormati, tidak boleh digugurkan, meskipun ia dari hasil hubungan perbuatan yang haram. Dalam rangka menjaga kelangsungan hidup manusia, Islam mensyariatkan hukum qishas bagi orang yang membunuh secara sengaja, tanpa alasan dan prosedur yang benar. Kata Allah : “Dan dalam qishas ituada jaminan (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah : 179)

Disini Islam lebih memilih mengorbankan seseorang yang memang bersalah (karena membunuh) agar orang banyak bisa merasalebih aman karena terlindungi hak hidupnya dan agar mereka bisa mengambil pelajaran supaya tidak gampang merasa hak hidup orang lain.

Penghormatan terhadap hak hidup setiap insan lebih dipertegas lagi oleh Allah dengan firman-Nya : “…barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (mebunuh) orang lain, atau karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang emmelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”(QS Al-Maidah : 32)

b. Hak meyakini sebuah agama dan melaksanakan ibadah sesuai dnegan agama yang diyakininya.

Meskipun Islam diyakini sebagai satu-satunya din yang paling benar dan diridhai oleh Allah SWT, naumun dalam menyampaikan Islam tidak boleh dnegan pemaksaan, seprti firman Allah SWT : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama islam…”(QS Al-Baqarah : 256). Oleh karenyanya, keyakinan pada suatu agama dan pelaksanaan ritual keagamaannya kembali harus berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tekanan dari pihak manapun, seperti firman Allah SWT “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”(QS AL-Kafirun : 6). Bahkan jika umat islam mayoritas dan berkuasadi suatu wilayah, maka mereka diwajibkan memberikan perlindungan kepada pelaksanaan ibadah agama lain. Hal ini didasrkan pada firman Allah SWT : “…Dan sekiranya Allah tidak mencegah sebagian manusia kepada sebagian lainnya, maka runtuhlah biara-biara, gereja-gereja, sinagog-sinagog dan tempat peribadatan lainnya yang di dalamnya banyak disebutkan nama Allah…” (QS AL-Hajj : 40)

Hal inilah yang kemudian mengilhami munculnya Piagam Madinah yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat yang berisi deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM). Inti Piagam Madinah tersebut adalah bahwa masing-masing merdeka mengerjakan agama nya dan tidak boleh saling mengganggu, dan waib saling menjaga dan membantu keamanan antara mereka.

c. Hak kemuliaan dan penjagaan kehormatan

Islam mengharamkan menginjak-injak kehormatan manusia sebagaimana mengharamkan darah dan harta bendanya. Kata Nabi SAW : “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian, darah, kehormatan, dan harta kalian.” (HR. Bukhari Muslim)

Untuk itu manusia tidak boleh disakiti baik secara fisik maupun non fisik, misalnya dnegan mempermalukan atau merendahkan harga dirinya, mengumpat, mencela, memberikan gelar yang jelek, ghibah (menggunjing/gosip) dan semacamnya. (QS Al-Hujurat : 11-12)

d. Hak hidup berkecukupan

Di dalam ajaran Islam, jika ada orang yang pendapatannya tidak memadai, maka kerabat-kerabatnyalah yang berkecukupan yang paling berkewajiban membantunya. Allah berfirman : “Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang kerabat) di dalam kitab Allah.” (QS Al-Anfal : 75)

Jika tidak ada kerabat yang berkecukupan maka harus diambilkan dari zakat kaum muslimin yang lain, smapai tercukupinya kebutuhan hidupnya. Kata sahabat Umar r.a. : “Jika anda memberi, maka cukupkanlah.”

Syumul

Islam itu universal (syumul) yang meliputi semua zaman, kehidupan, dan eksistensi manusia.

Islam adalah risalah semua zaman. Islam adalah risalah yang dibawa para Nabi sejak Nabi Adam a.s sampai nabi terakhir yakni Nabi Muhammad SAW, yang misinya adalah menyerukan kepada tauhidullah (menyembah/mengabdi kepada Allah) dan menjauhi taghut. Allah SWT berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) : “sembahlah Allah (saja) dan jauhilah taghut itu.”(QS An-Nahl : 36)

Demikian juga firman Allah : “Dan Kami tidak mengutus rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya :” bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.”(QS Al-Anbiya’ : 25)

Pernyataan para Nabi bahwa mereka semua muslim bisa dilihat antara lain dalam QS Yunus : 72, QS AL-Baqarah : 128, QS Yusuf : 101, QS Al-A’raf : 126, QS An-Naml : 31, QS Ali Imran : 52, dan lain sebagainya.

Islam adalah risalah bagi sleuruh alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Firman Allah SWT : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Katakanlah : “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah : “bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka tidakkah kamu berserah diri kepada-Nya.” (QS Al-Anbiya’ : 107-108)

Demikian juga firman Allah SWT : “Katakanlah : “Hai manusia sesungguhnya aku (Muhammad) adalah utusan Allah kepadamu semua.”(QS AL-A’raf : 128)

“Dan Kami tidak mengutus kamu Muhammad, malainkan pada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagi pemberi peringatan…” (QS Shad : 87) dikatakan bahwa Al-Quran sebagai peringatan bagi seluruh alam semesta.

Islam adalah agama dalam seluruh fase dan sektor kehidupan, islam mengatur seluruh fase kehidupan manusia dari semenjak sebelum dia belum lahir, masa bayi, kanak-kanak, remaja, tua bahkan sampai setelah dia meninggal dunia. Tidak ada jenjang kehidupan yang berlaku begitu saja, kecuali Islam mempunyai bimbingan, arahan dan ketentuan di dalamnya. Demikian pula Islam merupakan risalah bagi mnusia pada seluruh sektor kehidupan dan segala aktivitas kemanusiaannya, baik yang bersifat material maupun spiritual, individu maupun sosial, dan gagasan ataupun operasional. Islam menolak pemisahan kehidupan menjadi dua bagian (dikotomi). Konsep dikotomi ini awalnya berasal dari tokoh-tokoh Nasrani yang menyandarkan statemennya kepada Injil mereka, “Berikanlah apa yang menjadi hak milik kaisar kepada kaisar, dan berikanlah apa yang menjadi hak milik Allah kepada Allah”. Penolakan Islam terhadap pemisahan ini didasarkan pada argumentasi bahwa Islam menjadikan seluruh alam semestabeserta isinya adalah mutlak milik Allah SWT. Allah SWT berfirman :”Ingatlah sesungguhnya kepuyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi…” (QS Yunus : 66). Dan juga : “…padahal kepada-Nya lah berserah diri segala apa yang ada di bumi, baik dengan suka maupun terpaksadan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan” (QS Ali Imran : 83)

Oleh karenanya, Islam tidak memisahkan persoalan politik, negara, ekonomi dengan sistem akhlak islam.

Oleh karena islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW diturunkan untuk seluruh umat manusia dalam rentang waktu dan temapt (lihat QS Al-Anbiya : 107), maka Islam secara otomatis mencakup segala aspek / bidang kehidupan, kapan pun dimana pun. Tidak ada aspek kehidupan yang dilupakan dalam Islam. Firamn Allah : “…Tiadalah Kami abaikan sesuatu pun di dalam Al-Kitab…” (QS Al-An’am : 38)

Disini akan dijelaskan secara singkat tentang universalitas aspek ajaran Islam :

a. Syumuliyah (universalitas) Aqidah Islam.

1. Aqidah (islamic theology) islam bersifat universal karena mampu menjelaskan secara tuntas dan utuh terhadap seluruh maslah besar dalam persoalan kehidupan manusia, sperti masalah uluhiyah (ketuhanan), alam semseta, manusia, nubuwwah (kanabian) dan tempat kembali (akhirat)

2. aqidah Islam bersifat universal karena tidak pernah membagi manusia di antara dua Tuhan, yakni Tuhan kebaikan dan cahaya, dengan Tuhan kejahatan dan kegelapan seperti dalam agam majusi. Atau tidak membagi manusia diantara Allah and setan yang di dalam Injil dikenal dnegna istilah “Pemimpin alam” dan “Tuhan Kehidupan” diman setan mempunyai kerajaan dunia sedang Allah memiliki kerajaan langit. Dalam islam, setan tidak mempunyai kuasa terhadap manusia kecuali kekuatan menggoda, merayu dan menyeru kepada kepada kejahatan dan kesesatan. Pengakuan syaitan sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam Al-Quran :”sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan sekedar aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku.” (QS Ibrahim : 22). “Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS An-Nahl : 99-100)

3. Aqidah islam bersifat universal karena ia tidak hanya disandarkan pada insting atau oerasan semata sebagaimana filsafat-filsafat ketimuran dan aliran-aliran tasawuf (islamic misticism) atau pada rasio akal (akal pikiran) semata sebagaimana filsafat-filsafat kemanusiaan yang menjadikan akal pikiran sebagai satu-satunya media untuk mengenal Allah atau media untuk memecahkan berbagai persoalan kehidupan, tetapi aqidah islam disandarkan pada akal dan hati nurani secara bersamaan.

4. Aqidah islam bersifat universal karena merupakan aqidah yang utuh, tidak mengenal pemilahan-pemilahan. Seseorang baru dikatakan seorang mukmin (orang yang beriman) jika ia mengimani Allah dan segala aspek yang datang dari-Nya. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan bermaksud memperbedakan antara (keimana kepada) Allah dan dan Rasul-rasul-Nya dengan mengatakan :”Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan tengah diantara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS An-Nisa’ : 150-151). Dan : “…apakah kamu beriman kepada sebagian Al-kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang snagat berat…” (QS Al-Baqarah : 85).

b. Syumuliyah (universalitas) Syariat Islam.

Syariat islam mencakup tat aturan bagi individu, keluarga, sosial kemasyarakatan, negara, dan hubungan internasional.

Ibadah islam dalam arti luas mencakup seluruh aspek keberadaan manusia. Seorang muslim tidak beribadah kepada Allah hanya dnegan lisannya saja, atau anggota badannya saja, atau hatinya saja tanpa mengikutsertakan akal dan inderanya. Tetapi ia beriibadat dnegan semuanya itu. dengan hatinya ia berharap dan takut, dengan lisannya ia berdzzikir dan berdoa, dengan badannya ia sholat, puasa dan berjihad, dengan akalnya ia berfikir dan merenung, dan dengan inderanya ia pergunakan sesuai dengan kehendak Allah

c. Syumuliyah (universalitas) Akhlaq Islam.

Akhlaq islam (islamic ethic) menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia tanpa kecuali, baik itu bersifat rohani maupun jasmani, intelektual atau insting, individuala atau sosial, dan lain-lain.

Cakupan pembahasan akhlaq Islam bisa dilihat sebagai berikut :

1. Yang berkenaan dengan individu dalam semua seginya, seperti : kebutuhan jasmani dan keterbatasannya (Qs Al-A’raf : 31), potensi akal untuk menalar kejadian sekitarnya (QS Yunus : 101), jiwa yang mempunyai potensi suci dan kotor (QS Asy-Syams : 9-10)

2. Akhlaq Islam yang berkaitan dnegan kehidupan keluarga, seperti hubungan antar suami-istri (QS An-Nisa’ : 19), hubungan dan tanggung jawab antara orang tua (QS Al-Isra’ : 31), dan anak (QS Al-Ahqaaf : 15), dan hubungan antar kerabat (QS An-Nahl : 90 dan QS Al-Isra’ : 26)

3. Yang berkaitan dengan kemasyarakatan dan kenegaraan, seperti : adab bertamu (QS An-Nur : 27), dan menerima tamu (HR. Bukhari Muslim), etika melakukan transaksi jual-beli (QS AL-Muthaffifin : 1-3), atau utang-piutang (QS Al-Baqarah : 282), politik dan pemerintahan (QS An-Nisa’ : 58)

4. Yang berkaitan dengan akhlaq terhadap makhluk Allah yang lain, seperti akhlaq terhadap hewan (QS Al-An’am : 38), tumbuhan dan lingkungan lainnya ( QS Ar-Rum : 41).

Wasthiyyah dan Tawazun

Yang dimaksud dengan moderat atau seimbang disini adalah keseimbangan antara dua hal yang saling berhadapan, dimana salah satu dari keduanya tidak bisa berpengaruh dnegna sendirinya dengan mengabaikan yang lain. Contoh : dua hal yang slaing berhadapan adalah antara : ruhiyyah (spiritualisme) dengan maddiyah (materialisme), fardiyyah (individu) dengan jama’iyyah ( kolektif), waqiyyahi (kontekstual) dengan tatawwur ( perubahan)

Penciptaan alam semesta beserta isinya adalah fenomena tawazuni. Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dnegan ukuran.” (QS Al-Qomar : 49). “Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan dengan serapi-rapinya” (QS Al-Furqaan : 2). “Kamu tidak akanmelihat pada ciptaan Allah yang tidak seimbang, maka lihatlah berulang-ulang adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS Al-Mulk : 3)

Al-wasthiyyah dalam ajaran islam. Dalam hal keyakinan Islam, adalah agama yang bukan dianut oleh kaum khurafat (berlebih-lebihan dalam keyakinan dan ibadah sehingga mempercayai sesuatu tanpa dalil), dan bukan oleh kaum madiyyin ( yang menginggkari segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh indera ), tetapi islam mengajak berkeyakinan jika keyakinan itu memiliki dalil yang pasti dan kuat (lihat QS Al-Baqarah : 111). Islam itu bukan dianut oleh kaum atheis (menafikan Tuhan ) dan bukan oleh kaum politheis (meyakini banyak Tuhan), tetapi islam mengajak beriman kepada Tuhan Yang Esa (satu), Yang Maha Agung. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Dalam ibadat dan syariat, islam bukanlah agama yang hanya mementingkan sisi ibadah ritual dan menjauhi hal-hal yang bersifat kebutuhan manusiawi duniawi. Contoh yang sangat jelas terdapat pada QS Al-Jumu’ah : 9-10 : “Hai orang-orang yang beriamn, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagim jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allahdan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Dalam sistem akhlaq, Islam bukanlah agama yang menganggap manusia seperti malaikat, yang kemudian membuat aturan yang mustahil dapat dikerjakan oleh manusia dan bukan pula menyamakan manusia dengan binatang yang kemudian membuat aturan tanpa aturan (bebas). Tetapi Islam memandang manusia sebagai makhluk yang berakal yang memiliki potensi kebinatangan (nafsu syahwat dan insting) dan potensi kemalaikatan (spiritual ruhani). Allah berfiraman : “…dan jiwa serta enyempurnaannya (ciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) ke-fasik-an (kerusakan)dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.” (QS Asy-Syams : 7-8)

Selasa, 14 Oktober 2008

AL-QURAN DAN IPTEK

Sebagian orang yang rendah pengetahuan ke-islamannya beranggapan bahwa Al-Quran adalah sekedar kumpulan cerita-cerita kuno yang tidak mempunyai manfaat yang signifikan terhadap kehidupan modern, apalagi jika dikorelasikan dengan IPTEK saat ini.

Al-Quran menurut mereka cukuplah dibaca untuk sekedar mendapatkan pahala bacaannya, tidak untuk digali kandungan ilmu di dalamnya. Apalagi untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan dunia modern dan diterapkan dalam segala aspek kehidupan, hal itu adalah sesuatu yang nonsense.

Anggapan-anggapan dia tas merupakan indikasi bahwa orang tersebut tidak mau berusaha untuk membuka Al-Quran dan menganalisis kandungan ayat-ayatnya. Oleh karenanya, anggapan tersebut sanagt keliru dan bertolak belakang dengan semangat Al-Quran itu sendiri.

Bukti-bukti di bawah ini menunjukkan yang sebaliknya :

v Bahwa wahyu yang pertama diturunkan Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca atau belajar (Q.S. 96 : 1-5) dan menggunakan akal, bukan perintah untuk shalat, puasa atau zikrullah. Demikian tinggi hikmah turunnya ayat ini menunjukkan perhatian islam yang besar terhadap ilmu pengetahuan.

v Bahwa Allah SWT mengangkat manusia (Adam AS) sebagai khalifah-Nya di muka bumi dan bukan para malaikat-Nya sebab adanya ilmu pengetahuan (QS 2 : 31-32). Dengan kelebihan ilmu pengetahuan itu, Allah SWT memuliakan Adam AS sehingga memerintahkan para malaikat-Nya untuk bersujud kepada Adam AS.

v Manusia yang memiliki derajat paling tinggi di sisi Allah SWT adalah manusia yang memiliki iman dan ilmu (QS 58 : 11). Mengapa? Karena iman membawa manusia kepada ketinggian di akhirat (fi akhirati khasanah), dan ilmu membawa manusia kepada ketinggian di dunia ( fid dunya khasanah).

v Syarat manusia yang berhak diangkat menjadi pemimpin dalam islam ada dua hal yaitu : ilmu yang tinggi dan fisik yang sehat (QS 2 : 247). Ini menunjukkan betapa tinggi penghargaan islam kepada nilai-nilai ilmu dan nilai-nilai kesehatan.

v Bahkan Allah SWT melarang manusia untuk melakuakan suatu pekerjaan atau perbuatan tanpa memiliki ilmunya (QS 17 : 36). Artinya, bahwa islam sangat menghargai spesialisasi dalam berbagai bidang ilmu dan menganjurkan umatnya untuk menjadi seorang yang profesional sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing (menjadi expert dalam bidangnya)

Kemunduran Umat Islam

Sejarah menunjukkan bahwa pada masa kaum Muslimin mempelajari dan melaksanakan ajaran agamanya dengan benar, maka mereka memimpin dunia dengan pakar-pakar yang menguasai dalam disiplin ilmunya masing-masing sehingga Barat pun belajar dari mereka. Baru di masa kaum muslimin meninggalkan ajaran agamanya, tergiur dengan kenikmatan duniawi, dan berpaling ke barat, Allah SWT merendahkan dan menghinakan mereka.

Sungguh Rasulullah SAW telah memperingatkan umatnya akan hal ini, sebagaimana dalam hadisnya :

“Kelak akan datang suatu masa dimana kalian akan menjadi seperti makanan di atas piring yang dihadapi oleh orang-orang yang kelaparan. Maka para sahabat bertanya, “apakah karena jumlah kita sedikit saat itu, ya Rasulullah? Jawab Nabi SAW,” Bahkan jumlah kalian sangat banyak. Tetapi kalian terkena penyakit “wahn”! tanya para sahabat, “Apa itu “wahn” ya Rasulullah ? Jawab Nabi SAW, “kalian cinta dunia dan takut mati”.

Sistem penurunan ilmu

Adapun sistem penurunan ilmu dari Allah SWT kepada manusia secara singkat dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :


Sumber-sumber ilmu pengetahuan dalam islam

Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka islam pun mengatur dan menggariskan kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal), agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber-sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagi berikut :

v Al Quran dan As Sunnah

Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan Al Quran dan As sunnah sebagi sumber pertama Ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasan-Nya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun. Kewajiban mengambil ilmu dari keduanya disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12 : 1-3) dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33 : 21)

v Alam semesta

Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3 : 190-192), dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya. Bebarapa ayat-ayat yang telah dibuyktikan oleh pengetahuan modern, seperti :

· Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut atau nebula (QS 41 : 11)

· Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79 : 28-30): dari kegelapan (nebula dari kumpulan H dan He yang bergerak pelan). Adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).

· Ayat bahwa bintang-bintang merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86 :3), matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat celcius.

· Ayat tentang ekspansi kosmos (QS 51:47)

· Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama’ad dunya) (QS 37:6)

· Ayat yang membedakan antara planet sebagi pemantul cahaya (nur kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71:16)

· Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 27:88)

· Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda-beda (QS 55:5) dan garis edar sendiri-sendiri yang tetap (QS 36:40)

· Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS 39:5)

· Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6:125)

· Ayat tentang akan sampainya manusia (astronot) ke ruang angkasa (in bedakan dengan lau) dengan ilmu pengetahuan (sulthan) (QS 55:33)

· Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan slju (QS 24:43)

· Ayat tentang awal kehidupan dari air (QS 21:30)

· Ayat tentang angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS 15:22)

· Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasagan bunga jantan (etamine) dan bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13:3)

· Ayat tentang proses terjadinya Air Susu Ibu (ASI) (farst), lalu diserap oleh darah (dam), lalu ke kelenjar air susu (QS 16:66). Perlu dicatat bahwa sistem peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

· Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran (QS 76:2). Mani merupakan campuran dari 4 tahapan testicules (membuat spermatozoid), vercules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostate (pemberi warna dan bau), cooper dan mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir)

· Ayat bahwa zygote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22:5), dengan tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel pada rahim.

· Ayat tentang proses penciptaan manusia malului mani (nutfah) zygote yang melekat (‘alaqah) segumpal daging:embryo (mudghah) dibungkus oleh tulang dalam misenhyme (‘idhama) tulang tersebut dibalut otot dan daging (lahma) (QS 23:14)

v Diri manusia

Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaan, baik secara fisiologis:fisik (QS 86:5) maupun psikologis:jiwa manusia tersebut (QS 91:7-10)

v Sejarah

Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar-lembar sejarah (QS 12:111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya, dan masih ragu akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun, dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga saat ini.

Pembagian Ilmu yang Wajib Dipelajari

Islam membagi ilmu yang wajib dipelajari ke dalam dua kelompok, yaitu :

v Fardhu ‘ain, yaitu ilmu yang wajib dipelajri oleh setiap muslim tanpa kecuali, diantaranya : akidah, ibadah, tazkiyatunnafs, akhlak, dan lain-lain. Jika seorang muslim tidak mengetahui dan mempelajarinya, maka ia akan merugi. Kenapa? Hal ini dikarenakan ilmu ini harus dimilki oleh setiap orang agar kehidupan pribadinya selamat di dunia dan di akhirat, dan agar kehidupan bermasyarakat pun menjadi terjaga dan berjalan dengan baik.

v Fardhu kifayah, yaitu ilmu yang hukum wajib-nya menjadi gugur jika sudah ada sebagian kelompok umat islam yang telah mempelajarinya. Dalam hal ini adalah ilmu-ilmu yang bersifat keduniawian, misal : kedokteran, ilmu tanah, teknik bangunan, dan lain sebagainya.

Bukti-bukti tambahan bahwa Islam concern dengan IPTEK :

Ø Cara mengetahui hari dan tahun (QS 6 : 96, 10:5, 17:12, 32:5, 70:4)

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. 6 : 96)

Ø Penciptaan gunung-gunung sebagai Pasak bumi (QS 16:15, 78:7)

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. 16 : 15)

Ø Pembuatan pengolahan besi (QS 18 :96)

Berilah aku potongan-potongan besi." Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu." (QS 18 :96)

Ø Cara dilakukan agar jasad tetap utuh (QS 18:18)

Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (QS 18:18)

Ø Cara mengetahui arah (QS 16:16)

“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS 16:16)

Ø Air susu pada Binatang ternak

"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya." (QS. 16:66)

Ø Kandungan dalam madu

"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. 16:69)

Ø Fenomena berpasang-pasangan atas segala sesuatu.

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui." (QS. 36:36)

Ø Gerak semu matahari

"Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya." (QS. 55:17)

Ø Mengembangnya alam semesta

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)

Ø Bentuk bulat planet bumi.

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)

Ø Lautan yang tidak bercampur satu sama lain.

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing ... Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." (Al Qur'an, 55:19-20,22)

Ø Manfaat sidik jari.

"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4)

Ø Kegelapan dan gelombang di dasar lautan.

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (QS. 24 : 40)

Posisi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam sistem penurunan ilmu

Ø Posisi AIK dalam sistem penurunan ilmu adalah sebagai wahana keilmuan dan akhlaqul karimah. Artinya bahwa kita berkuliah di universitas yang berbasis islam, tidak hanya mencetak lulusan yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi juga lulusan yang berakhlaq mulia. Setiap mahasiswa akan memperoleh ilmu pengetahuan yang dipelajarinya pada program studi yang ditempuh, selain itu setiap semester mahasiswa juga akan memperoleh mata kuliah AIK yang berisi tentang ilmu agama islam dan kemuhammadiyahan. Diharapkan setelah menempuh mata kuliah AIK, setiap mahasiswa akan mempunyai wawasan islam yang luas. Sehingga setelah lulus akan menjadi seorang yang intelek dan religius. Intelek karena memiliki bekal ilmu pengetahuan yang tinggi dan religius karena memiliki ilmu tentang agama islam yang mendalam serta berakhlaq mulia.

Pentingnya mempelajari mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Ø Menurut pendapat saya, pentingnya ataupun urgensi mempelajari mata kuliah AIK adalah kita sebagai umat akan mengetahui islam itu secara kaffah atau menyeluruh, tidak hanya dari sisi ritual ibadahnya saja tetapi lebih luas lagi misalnya segi akhlaq, fiqih, muamalah, jual-beli, perbankan, ekonomi, teknologi, dan sebagainya. Jadi penerapan AIK dalam kehidupan sehari-hari itu sangat besar manfaatnya, mulai dari yang paling dasar yaitu ibadah, kita mengetahui tata cara ibadah yang benar mulai dari niat, rukun, dan sunat-sunatnya yang sesuai dengan yang dilakukan Rasulullah SAW tentunya. Dari segi akhlaq, kita mengetahui akhlaq Rasulullah itu seperti apa, disebutkan bahwa akhlaq Rasulullah adalah Al-Quran. Jadi minimal kita bisa mencontoh sedikit dari akhlaq Rasulullah. Selanjutnya dari segi muamalah, ada habluminallah dan habluminannas. Sehingga kita tahu bagaimana hubungan kita kepada Allah (khaliq) yaitu dengan beribadah dan tidak mempersekutukannya serta hubungan kepada sesama manusia yaitu saling tolong menolong dalam kebaikan.dari segi jual-beli, kita mengetahui hukum jual-beli menurut syariat islam dari akadnya dan hal-hal lain yang telah ditetapkan dalam islam. Dalam perbankan, kita harus menghindari riba karena akan membawa kita ke dalam neraka. Yang tidak kalah penting yaitu teknologi, dengan menggali isi kandungan Al-Quran, kita akan mengetahui bahwa seluruh jagat raya ini diciptakan Allah SWT dengan teknologi yang canggih dan perhitungan yang sangat teliti. Allah menciptakan segala sesuatu mulai dari binatang yang paling kecil seperti amoeba sampai bintang, benda langit, dan galaksi yang terbesarpun telah tertulis dalam Al-Quran. Jadi kita harus menggali isi kandungan Al-Quran dan Hadis untuk mengetahui teknologi yang Maha Canggih yang diciptakan Allah SWT.

Ø Selanjutnya, manfaat ataupun pentingnya mempelajari AIK adalah menjadi seorang intelek yang religius. Artinya, selain kita paham akan ilmu dunia yang kita pelajari, kita juga pandai dalam ilmu agama. Kita tidak hanya pandai dalam menggunakan rumus-rumus matematika saja, tetapi kita juga pandai mengamalkan ilmu agama. Seperti kata pepatah, ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Jadi keduanya harus saling bersinergi untuk bekerjasama sehingga tercipta harmoni. Dalam setiap aktivitas kita senantiasa berikhtiar, sambil diiringi doa, hasilnya kita serahkan pada Allah SWT. (tawakkal)

Ø Selain itu, kita juga mengetahui struktur kepengurusan gerakan Muhammadiyah dari tingkat pusat, cabang, dan ranting. Kita juga akan mengetahui kegiatan atau even apa saja yang diselenggarakan. Ataupun kita juga bisa bergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Kita akan menjadi seorang aktivis, yang tidak hanya sibuk dengan kegiatan perkuliahan tetapi juga aktif dalam kegiatan dakwah kampus.